Griya Yatim & Dhuafa

 Ketika Rasulullah Berkisah Bertaubatnya Seorang Pembunuh

Donasiberkah.id- Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang cukup panjang. Isinya menceritakan kisah seorang pembunuh berdarah dingin. 

Nabi Muhammad bersabda, “Di antara (umat) sebelum kalian, terdapat seorang laki-laki yang telah membunuh 99 orang.”

Pemancungan - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suatu ketika, terbersit di hati pria tersebut akan azab Sang Pencipta. Dia berpikir, alangkah baiknya bila dia memohon ampunan-Nya sebelum ajal tiba. Namun, apakah taubat orang yang telah membunuh puluhan nyawa tak bersalah akan diterima?.

Baca Juga: Kisah di Qishasnya Nabi ﷺ oleh ‘Ukasyah r.a.

Pertanyaan itu sungguh-sungguh membebaninya. “Dia kemudian menanyakan kepada orang-orang tentang siapa (di antara mereka) yang paling berilmu. Kemudian, dia diarahkan kepada seorang rahib. Dia pun mendatangi (rumah) rahib itu, untuk kemudian bertanya kepadanya. Dia telah membunuh 99 orang, apakah masih terbuka (pintu) taubat baginya?.

Rahib itu pun menjawab, “Tidak ada.” Seketika, pria itu membunuh rahib tersebut, sehingga genap jumlah korbannya seratus orang,” sabda Nabi .

Kisah Teladan (2) Rahib yang Mengguncang Arsy Karena Siksa Raja - Beta News

Kisahnya tidak berhenti sampai di situ. Sang pembunuh lantas menemui tokoh lain. Kali ini, dia diterima serorang alim ulama. Setelah menceritakan keadaannya, dia pun bertanya, apakah masih tersedia taubat baginya?

“Orang alim itu menjawab, ‘Ya. Siapa pula yang menghalang-halangi untuk bertaubat!? Pergilah dari kota ini dan (bergegaslah menuju) kota itu. Karena di sana ada kaum yang taat beribadah kepada Allah. Beribadahlah bersama mereka, jangan kembali ke negerimu. Sebab, negerimu itu telah menjadi negeri yang buruk,” Nabi melanjutkan sabdanya.

Oil Paintings of 5far0002D13 classic figure Arabian Arabic Art for sale by Artists

 “Dia (sang pembunuh 100 jiwa) pun berangkat. Saat tiba di persimpangan jalan, ajal datang menjemputnya. Lalu (datanglah) Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab; (keduanya) memperebutkannya.

Malaikat Rahmat berkata, ‘Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah.’ Sementara, Malaikat Azab berkata, ‘Dia belum melakukan satu kebaikan pun.’

Akhirnya, turun sesosok malaikat yang berwujud manusia. Kemudian, keduanya (Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab) sepakat untuk menjadikannya penengah. Dia berkata, ‘Ukurlah jarak di antara tanah (tempat kematian sang pembunuh). Lalu perhatikan, ke arah mana dia lebih dekat. Maka berarti dia termasuk penghuni tempat itu.’

One of my last year #drawing // #charcoal #dark #light #ghost #hope #shadows #carolinevitelli stock photo 0ca79b76-07e0-4dca-9f0e-b21f88e44dae

Masing-masing pun mengukurnya. Ternyata, pria tersebut lebih dekat ke arah (negeri) yang hendak dia tuju. Maka Malaikat Rahmat kemudian menemani jiwanya.”

Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar dalam bukunya, Shahihul Qashash an-Nabawi, kisah tersebut membuka pintu harapan bagi siapapun orang beriman yang hendak meraih ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ingat kembali surah az-Zumar ayat ke-53. Artinya, 

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah melarang kita untuk berputus asa dan meyakinkan kita betapa ampunan-Nya amat luas. Lihatlah, pria yang telah membunuh seratus nyawa. Atas izin Allah, langkah kakinya digerakkan dalam hijrah menuju kehidupan yang lebih islami. Walaupun dia sudah meninggal sebelum mencapai negeri tujuan, ternyata taubatnya sudah diterima Allah.

Taubat - Muslimah.Or.Id

 

Demikian pula. Menurut Syekh Umar Sulaiman, dari kisah ini dapatlah dipetik suatu hikmah. Betapa rahib yang menjadi korban ke-100 merupakan orang yang pandai beribadah, tetapi belum tentu berilmu. Kata-katanya yang menghakimi–bahwa taubat sang pembunuh tidak mungkin diterima–terbukti keliru.

Rahib tersebut kurang bijak bila dibandingkan dengan ulama yang menasihati sang pembunuh agar hijrah dari negeri asalnya. Ulama tersebut menilai, siapapun hamba Allah berkesempatan mendapatkan naungan dan ampunan-Nya. Dengan begitu, terbukalah jalan menuju pintu taubat; tertutuplah celah kembali kepada kemaksiatan.

Maukah sahabat jadi bagian dari GYD (Generasi Yang Dermawan) untuk mensejahterakan anak-anak yatim dan dhuafa? Mari berdonasi di link kebaikan di bawah ini:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

English EN Indonesian ID
Scroll to Top