Griya Yatim & Dhuafa

Peristiwa-Peristiwa di Bulan Rajab

Donasiberkah.id – Bulan Rajab adalah bulan Istimewa (bulan haram) dalam Islam. Bulan Rajab adalah satu dari empat bulan haram dalam sistem penanggalan Hijriah, kalender Islam yang merujuk para peredaran bulan (qomariyah). Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa di Bulan Rajab yang perlu kamu ketahui.

Tahun ini, bulan Rajab tahun ini 1443 Hijriah jatuh pada hari Kamis (3/2/2022). Bulan Rajab yang istimewa ini juga termaktub dalam firman Allah di bawah ini:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS At Taubah [9]:36).

Para ulama menafsirkan empat bulan haram itu, salah satunya adalah bulan Rajab.  Tiga lainnya adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram.

Bulan rajab adalah penanda atau pintu gerbang menuju Ramadhan tak lama lagi. Setelah Rajab lantas bulan Sya’ban lalu sampailah ke bulan suci Ramadhan yang ditunggu semua Umat Muslim di seluruh dunia.

Dalam Islam, bulan Rajab juga menandai momen bersejarah, berdasarkan catatan sejarah Islam, terdapat peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan sejarah hidup Rasulullah ﷺ dan dakwah beliau pada bulan Rajab ini. Salah satu peristiwa yang paling terkenal terjadi di bulan Rajab adalah Isra’ Mi’raj.

Tidak hanya itu, bulan Rajab juga tercatat sebagai momen terjadinya salah satu peristiwa ‘amul huzni Rasulullah ﷺ Peristiwa ‘amul huzni tersebut dimaknai sebagai tahun kesedihan Rasulullah ﷺ karena kehilangan beberapa orang terkasih di sampingnya.

“Paman Rasulullah ﷺ Abu Thalib, yang selama beliau berdakwah menjadi pelindung dan benteng pertahanan yang selalu membela perjuangan Rasulullah. Wafat pada bulan Rajab, yaitu 6 bulan setelah keluar dari pemboikotan pada usia 87 tahun,” tulis Ibnu Abi Nashir dalam Panduan Lengkap Khutbah.

Adapun peristiwa penting dalam Islam lain yang bertepatan dengan bulan Rajab dapat disimak pada pemaparan berikut. Mulai dari turunnya wahyu shalat saat Rasulullah melakukan Isra’ Mi’raj hingga pembebasan Baitul Maqdis.

1. Turun wahyu salat pertama kali

Quran in the mosque Quran - holy book of Muslims, in the Malaysian mosque amazing quran stock pictures, royalty-free photos & images

Peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ berlangsung pada tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian. Tepatnya, sebelum beliau hijrah ke Madinah.

“Isra’ Mi’raj terjadi pada tahun 621 M, atau tahun 10/11 dari kenabian (Bi’tsah). Jumhur ulama menyebutkan tanggalnya adalah malam Jumat tanggal 27 Rajab,” tulis buku di Balik 7 Hari Besar Islam karya Muhammad Sholikhin.

Isra’ Mi’raj sendiri merupakan perjalanan Rasulullah ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga Sidratul Muntaha. Saat peristiwa inilah, Allah ﷻ memerintahkan shalat lima waktu sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut

هِيَ خَمْسٌ، وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ”. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ. فَقُلْتُ: اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي

Artinya: “Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusan-Ku.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku kembali bertemu dengan Musa. Ia menyarankan, ‘Kembalilah menemui Rabbmu’. Kujawab, ‘Aku malu pada Rabbku’.” (HR Bukhari).

2. Kisah Israj Miraj

Peristiwa Isra' Mi'raj Dalam Penjelasan Sains - Waspada Online | Pusat  Berita dan Informasi Medan Sumut Aceh

Peristiwa Isra dan Mikraj yang dialami Nabi Muhammad saw. dilukiskan alam Surah al-Isra:1, “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari masjidil haram ke masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Isra’ yang bermakna perjalanan malam adalah peristiwa ketika Nabi Muhammad saw. berangkat dari Ka’bah di Makkah ke Baitul Maqdis di Yerusalam. Jarak Makkah ke Yerusalem sekitar 1.239 kilometer yang pada sekitar 621 Masehi normalnya ditempuh dengan perjalanan kuda atau unta sekitar sebulan. Namun, Nabi Muhammad saw. mencapainya hanya dalam semalam.

Sementara itu, mikraj, kenaikan, adalah peristiwa saat Nabi Muhammad dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Sidratul Muntaha, melewati 7 langit.

Nabi akhirnya tiba di Sidratul-Muntaha, yang merupakan simbol puncak pengetahuan yang paling mungkin dicapai makhluk. Dalam Surah an-Najm:17, digambarkan, “Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya”.

Nabi Muhammad saw. menerima perintah salat dari Allah untuk umat Islam. Awalnya, jumlahnya 50 kali sehari. Namun, setiap kali Rasulullah turun, Nabi Musa mengingatkan beliau bahwa jumlah tersebut terlalu besar. Nabi diminta meminta keringanan, hingga tersisa 5 rakaat sehari semalam, dan beliau malu untuk memohon lebih sedikit lagi.

3. Perang Tabuk

Kisah Perang Tabuk di Bulan Rajab, Perang Terakhir Nabi Muhammad SAW :  Okezone Muslim

Salah satu perang terbesar dalam cerita Nabi Muhammad ﷺ ini terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 setelah hijrah. Rasulullah ﷺ baru kembali ke Madinah pada 26 Ramadhan, usai perang yang terjadi sekitar satu bulan.

Perang ini berbeda dengan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Rasulullah ﷺ menampakkan seluruh rencana perang, padahal biasanya menggunakan kode atau sandi yang tidak mudah diketahui musuh.

Rasulullah juga berangkat bersama 30 ribu pasukan saat musim panas sehingga terasa sangat sulit bagi pasukan muslim. Pasukan ini kemudian disebut dengan jaisyul usrrah akibat kesulitan tersebut.

Pada Perang Tabuk, diketahui pula pelaksanaan salat jamak mulai disyariatkan. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang berbunyi,

Artinya: Dari Anas RA, ia berkata, “Apabila Rasulullah ﷺ berangkat menuju perjalanan sebelum tergelincir matahari, beliau akhirkan shalat dzuhur ke waktu ashar. Kemudian beliau berhenti untuk menjamak shalat keduanya. Dan jika matahari tergelincir sebelum ia berangkat, maka beliau shalat dzuhur terlebih dahulu kemudian naik kendaraan.” (HR Bukhari).

4. Pembebasan Baitul Maqdis

Dome of Rock or Qubbatus Sakhra in Masjidil Aqsa compound on the Temple Mount in Jerusalem, Israel. Hand drawn watercolor illustration, isolated on white background  jerusalem painting stock illustrations

Sesuai ajaran Islam, Allah SWT memerintahkan untuk menghindari pertumpahan darah kecuali atas namaNya atau umat Islam diserang lebih dulu. Hal inilah yang terjadi pada pembebasan Baitul Maqdis atau Al-Aqsa di Palestina pada 28 Rajab 583 Hijriah atau 2 Oktober 1187.

Baitul Maqdis berhasil dibebaskan Salahuddin Al-Ayubi atau Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi. Salahuddin mulai mengarahkan pasukannya pada Jumadil Awal 583 Hijriah. Kemudian, mulai melakukan penyerangan pada 26 Rabi Al-Thani 583 Hijriah.

Itulah peristiwa-peristiwa yang mengiri Bulan Rajab di masa lampau, patutlah bagi kita untuk mengisi gerbang Ramadhan ini dengan meningkatkan suhu kebaikan, baik jiwa maupun harta tertuang kepada amal sholeh.

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Mengapa Penduduk Mekah Menolak Islam? (1/2)

Donasiberkah.id – Penduduk Mekah adalah orang yang paling mengenal Nabi Muhammad ﷺ dibanding selainnya. Bagaimana tidak, mereka mengenal Muhammad bin Abdullah dengan baik. Karena Nabi dilahirkan dan dibesarkan di Mekah. Mereka kenal nasab beliau. Akhlak beliau. Keseharian dan kejujuran beliau. Tapi mengapa mereka menolak beriman kepadanya? Mengapa mereka tidak menolong dakwahnya bahkan memeranginya? Apakah mereka tidak mampu memahami kebenaran yang keluar dari lisan Nabi Muhammad? Dan masih banyak lagi pertanyaan tentang keadaan mereka.

Di awal kedatangan Islam, umat Islam belum menyatakan keislamannya secara terang-terangan. Kecuali Rasulullah ﷺ. Beliau berani melakukan hal itu karena dibela oleh pamannya, Abu Thalib, dengan pembelaan tanpa syarat. Rasulullah terima pembelaannya walaupun sang paman seorang yang musyrik. Namun, kebaikan sang paman tak membuat beliau canggung untuk mendakwahkan tauhid. Tidak membuat beliau menjadi kompromistis dalam hal-hal yang prinsip.

Berhala Di Sekitar ka'bah – Islam Asyik

Dari sini kita pahami, setidaknya ada tiga model manusia di Mekah kala itu; orang yang beriman yaitu Nabi dan para sahabatnya. Orang yang ingkar dan memusuhi iman yaitu kafir Quraisy. Dan orang yang berada di tengah. Tidak beriman dan tidak pula memusuhi dakwah. Dia diterima di kalangan kafir Quraisy. Dan menjadi penolong orang-orang beriman. Yaitu Abu Thalib.

Pengingkaran keras kafir Quraisy terhadap dakwah nabi bukan dikarenakan mereka tidak mengerti dengan dakwah yang beliau bawa. Mereka tidak hanya tahu kebenaran Islam bahkan mereka yakin bahwa Islam itu adalah agama yang benar. Mereka paham betul kemukjizatan Al-Qur’an. Keindahan bahasanya. Namun mereka sombong dan menentang kebenaran tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ المُفْسِدِينَ

“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (QS. An-Naml 27 ayat: 14).

Sikap Ubay bin Khalaf

Dunia Sosial: Inilah Wujud 4 Patung Berhala Yang Di Sembah Pada Jaman Jahiliyah, Bantu Share

Al-Qur’an adalah kalam yang penuh mukjizat. Orang-orang Arab di masa itu adalah ahli bahasa. Mereka fasih dan mengerti balaghah. Tidak hanya para tokohnya, awamnya pun demikian keadaannya. Di antara tokoh mereka adalah Ubay bin Khalaf. Ubay sadar betul Al-Qur’an itu bukanlah buatan manusia. Alquran itu kalam Allah. Namun dia dan orang-orang Quraisy pada umumnya tidak merasa nyaman untuk jujur mengakuinya.

Suatu hari Rasulullah ﷺ pernah bersama Ubay bin Khalaf. Ibnu Ishaq rahimahullah mengatakan,

“Ubay pernah menemui Rasulullah ﷺ di Mekah. Ia berkata, “Hai Muhammad, aku memiliki seekor kuda yang namanya al-Audz yang setiap hari kusiapkan. Dan bila tiba saatnya nanti, aku akan membunuhmu dengan menungganginya.”

Rasulullah ﷺ menjawab, “Akulah yang insyaallah akan membunuhmu.” (Ibnu Ishaq: as-Siyar wa al-Maghazi, Hal: 331).

Ubay bin Khalaf tahu bahwa Rasulullah ﷺ adalah seorang yang selalu menepati ucapannya. Sehingga ucapan beliau ini senantiasa terngiang-ngiang di benaknya. Tahun demi tahun berlalu, Ubay tak bisa melupakan ucapan itu. Bahkan setelah sepuluh tahun berlalu, tepatnya di Perang Uhud, ucapan ini masih terbayang di pikiran Ubay bin Khalaf.

Saat Ibnu Ishaq rahimahullah mengisahkan Perang Uhud, ia mengatakan, “Tatkala Rasulullah melewati celah-celah di Uhud, Ubay melihat Rasulullah dan berkata, ‘Hai Muhammad, aku tidak akan selamat kalau kau selamat’. Para sahabat mengatakan, ‘Rasulullah, apakah engkau akan menyerahkan dia kepada salah seorang di antara kami’? Rasulullah ﷺ mengatakan, ‘Biarkan dia’. Tatkala dia mendekat, Rasulullah mengambil tombak dari al-Harits bin ash-Shimmah.”

Ibnu Ishaq berkata, “Tombak Rasulullah mengenai leher Ubay. Ia pun menunggang kudanya dengan lunglai. Saat ia berjumpa dengan orang-orang Quraisy, terlihat luka di lehernya yang tidak besar. Darah mengering di lehernya. Ia berkata, ‘Demi Allah, Muhammad telah membunuhku’. Teman-temannya menanggapi, ‘Demi Allah, engkau telah hilang kesadaran! Engkau baik-baik saja’. Ubaya menanggapi, ‘Sungguh dia berkata padaku sewaktu di Mekah, ‘Aku akan membunuhmu’. Demi Allah, kalau saja dia meludahiku, tentu dengan itu ia mampu untuk membunuhku’. Dan musuh Allah ini pun tewas di sebuah tempat yang disebut Saraf. Saat rombongan pasukan Uhud Quraisy ini pulang menuju Mekah.” (Ibnu Ishaq: as-Siyar wa al-Maghazi, Hal: 331).

Dari kisah ini, kita mengetahui bahwa sebenarnya orang-orang Mekah sangat yakin akan kebenaran ucapan Rasulullah ﷺ. Ketika Nabi Muhammad mengatakan pada Ubay bahwa beliau akan membunuhnya, Ubay pun sangat yakin itu akan terjadi. Walaupun seandainya Rasulullah meludah -sesuatu yang bukan merupakan senjata untuk membunuh-, itu pun mampu membunuhnya.

Kebenaran itu begitu jelas. Hanya saja mereka menafikan akal mereka. Tidak mau menerima, malah memerangi beliau.

Baca Juga : Mengenal Zaid Bin Tsabit Radhiyallahu’anhu Sang Penulis Al-Qur’an

Abu Jahal dan Fanatik Kesukuan

Arab dan Non Arab Dalam Perspektif Politik

Di antara faktor yang membuat orang-orang kafir Quraisy menolak Islam adalah mengekor budaya nenek moyang. Contohnya Abu Thalib. Ada pula rasa takut seperti Abu Lahab. Dan alasan-alasan lainnya. Tapi faktor yang menjadi pemicu utama adalah fanatik kesukuan. Dalam hal ini, contoh paling nyata adalah Abu Jahl.

Abu Jahl adalah seorang tokoh Mekah yang berasal dari Bani Makhzum. Satu kabilah terhormat yang selalu bersaing dengan kabilah Bani Hasyim, kabilahnya Nabi.

Az-Zuhri rahimahullah mengatakan,

“Aku diceritakan tentang Abu Jahl, Abu Sufyan, dan al-Akhnas bin Syuraiq yang keluar di malam hari untuk mendengar bacaan shalat malam Rasulullah ﷺ di rumahnya. Masing-masing mereka mengambil posisi untuk mendengar. Dan masing-masing mereka tidak tahu posisi temannya itu. Mereka pun melalui malam dengan mendengar bacaan Alquran Nabi. Sampai tiba waktu fajar barulah mereka berpisah. Lalu mereka bertemu di perjalanan. Mereka saling mencela. Masing-masing di antara mereka berkata kepada yang lain, ‘Jangan kalian ulangi lagi. Seandainya orang-orang bodoh di tengah kalian melihat apa yang kalian lakukan, pastilah terjadi sesuatu pada diri mereka’. Kemudian mereka pulang.

Ternyata di malam berikutnya ketiga orang ini mengulangi apa yang mereka lakukan di malam sebelumnya. Tanpa mengetahui kondisi sesama mereka. Mereka bergadang mendengar bacaan Alquran Rasulullah sampai terbit fajar. Setelah itu baru mereka pulang. Di jalan, mereka kembali bertemu. Dan masing-masing mengatakan seperti apa yang mereka katakan sebelumnya. Kemudian mereka pulang.

Di malam ketiga, mereka duduk kembali di posisi seperti malam-malam yang lalu tanpa saling mengetahui. Mereka bergadang mendengarkan bacaan Alquran Nabi hingga terbit fajar. Lalu mereka pulang. Dan kembali bertemu di jalan. Mereka tidak merasa nyaman hingga mereka berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Mereka pun berjanji. Lalu berpisah.

 

Saat pagi tiba, Akhnas bin Syuraiq mengambil tongkatnya. Kemudian keluar menemui Abu Sufyan di rumahnya. Ia berkata, ‘Kabarkan padaku, hai Abu Hanzhalah, apa pendapatmu tentang yang kau dengar dari Muhammad’. Abu Sufyan berkatan, ‘Hai Abu Tsa’labah, aku mendengar sesuatu yang kumengerti dan mengerti juga apa maksudnya’. Al-Akhnas berkata, ‘Aku bersumpah, aku pun demikian’. Kemudian al-Akhnats keluar.

Beberapa saat kemudian datang Abu Jahl memasuki rumah Abu Sufyan. Abu Sufyan berkata, ‘Hai Abul Hakam, apa pendapatmu tentang yang kau dengar dari Muhammad’? Abu Jahl menjawab, ‘Apa yang kudengar?! Kami (Bani Makhzum) dan Bani Abdu Manaf (kabilah besarnya Nabi) saling berlomba dalam kemuliaan. Mereka mampu memberi makan. Kami juga mampu melakukannya. Mereka menanggung musibah, kami juga melakukan hal itu. Mereka memberi, kami juga memberi. Sampai mereka menunggangi kuda untuk menghadapi musuh, kami pun demikian. Kami bagaikan kuda yang berpacu (dalam kemuliaan). Sampai akhirnya mereka (Bani Abdu Manaf) mengatakan, ‘Di kalangan kami ada seorang Nabi. Wahyu dari langit datang kepadanya’. Bagaimana bisa kami menyaingi ini? Demi Allah kami tidak akan beriman kepadanya selamanya. Kami juga tidak akan membenarkannya’. Al-Akhnas pun membelanya.” (Ibnu Ishaq: as-Siyar wa al-Maghazi, Hal: 189-190).

Riwayat ini menjelaskan tentang keadaan tokoh-tokoh kafir Mekah. Yang menghalangi mereka dari Islam bukan karena mereka tidak memahami ucapan Nabi Muhammad ﷺ. Bukan juga karena kurangnya bukti. Atau tidak kuatnya argumentasi. Atau lemahnya mukjizat. Sebaliknya mereka begitu takjub dengan Alquran.

Sampai-sampai orang yang paling membenci dakwah di tengah mereka pun tidak kuasa menahan diri untuk tidak mendengarkannya. Bahkan mereka menikmati dan merasa ketagihan. Mereka merasakan kelezatan yang hilang dari mereka menjadi lengkap tatkala mendengar Alquran. Mereka tak kuasa menolak menikmatinya. Buktinya, tiga malam berturut-turut mereka rela bergadang di sisi rumah Nabi Muhammad ﷺ hanya untuk mendengarkannya. Jadi, yang menghalangi mereka bukanlah karena tak masuk akal atau cacat Bahasa Alquran. Akan tetapi fanatik kesukuanlah yang membuat hati mereka tertutupi. Dan hal ini sangat jelas dari lisannya Abu Jahl.

Banyak kejadian yang menunjukkan bahwa sebenarnya Abu Jahl itu sangat yakin dengan kebenaran risalah Muhammad ﷺ. Di antaranya riwayat dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu. Ia berkata, “Abu Jahl berkata kepada Nabi ﷺ, ‘Kami tidaklah mendustakanmu. Yang kami tolak adalah apa yang datang padamu itu (kenabian). lalu Allah menurukan firman-Nya,

فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

“Mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (Qs. Al-An’am 6 ayat: 33).

Diriwayatkan juga dari Ali bin Abu Thalib radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Abu Jahl berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Hai Muhammad, kami tahu bahwa engkau seorang yang menyambung kekerabatan, seorang yang jujur, tidak berbohong, tapi kami mendustakan apa yang datang padamu itu’. kemudian Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya,

فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ

“Mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” [QS. Al-An’am 6 ayat: 33]. (HR. al-Hakim (3230)).

Adapun al-Akhnas bin Syuraiq, ia bukanlah seorang Quraisy. Ia berasal dari Bani Tsaqif. Kabilah yang paling terakhir memeluk Islam karena kuatnya fanatik kesukuan. Kabilah ini senantiasa mendukung Abu Jahl dan selalu berjalan dengannya. Demikianlah keadaan Abu Jahl. Ia tidak menutup-nutupi permusuhan yang hakikatnya kebodohan ini kepada setiap orang luar yang datang ke Mekah. Fokusnya adalah bagaimana agar Bani Hasyim tidak lebih menonjol dari kabilahnya. Permusuhan dan kefanatikannya ini pernah ia tunjukkan kepada orang Bani Tsaqif lainnya yaitu al-Mughirah bin Syu’bah ats-Tsaqafi sebelum al-Mughirah memeluk Islam.

Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam, al-Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu bercerita, “Sesungguhnya hari pertama aku mengetahui Rasulullah ﷺ adalah saat aku berjalan bersama Abu Jahl di Mekah. Kami bertemu Rasulullah ﷺ.

Beliau berkata, ‘Hai Abul Hakam, marilah menuju Allah, Rasul-Nya, dan Kitab-Nya. Aku menyerumu kepada Allah’.

Abu Jahl menjawab, ‘Hai Muhammad, tidakkah kau berhenti mencela sesembahan kami. Apakah yang kau inginkan hanyalah kalau kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan? Kami bersaksi kalau kau telah menyampaikan’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpaling darinya. Lalu beliau melirikku. Abu Jahl berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku tahu semua yang dia katakan adalah kebenaran. Namun anak-anak Qushay akan mengatakan, ‘Kami mengatur hijabah (bertanggung jawab mengurusi Ka’bah)’. Kami jawab, ‘Iya’. Mereka juga mengatakan, ‘Kami memiliki al-qira’. Kami jawab, ‘Iya’. Kemudian mereka juga mengatakan, ‘Kami memiliki an-nadwah (seperti parlemen dalam bentuk sederhana). Kami jawab, ‘Iya’. Kemudian mereka berkata lagi, ‘Kami juga punya siqayah (bertanggung jawab memberi air minum untuk jamaah haji). Kami jawab, ‘Iya’. Mereka memberi makan. Kami juga memberi makan. Sampai dalam menyiapkan tunggangan untuk berperang. Kemudian mereka berkata lagi, ‘Di tengah kami ada seorang yang menjadi Nabi’. Demi Allah, aku tidak akan mengikutinya.” (Riwayat al-Baihaqi: Dala-il an-Nubuwwah, 2/207).

Ketika Bani Hasyim ada seorang Nabi, maka siapa yang bisa menyaingi keutamaan tersebut dari kalangan Bani Makhzum. Sehingga jalan satu-satunya agar supaya tetap bersaing adalah tidak mengakuinya dan mengingkari risalahnya.

Inilah ucapan Abu Jahl kepada orang-orang yang berkunjung ke Mekah. Ia tak malu mengorbankan logika dan akal sehatnya agar kabilahnya tetap bersaing. Fanatik kesukuan benar-benar menutup mata hatinya dari kebenaran. Sikap fanatik ini terus ia pertahankan hingga akhir hembusan nafasnya di dunia. Atikah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, melihat kefanatikan tersebut beberapa saat sebelum terjadi Perang Badr.

Sebelum terjadi Perang Badr, Atikah binti Abdul Muthalib bermimpi dengan mimpi yang aneh. Sebuah mimpi yang mengisyaratkan kehancuran kafir Quraisy. Mendengar mimpi tersebut Abu Jahl berseru kepada paman Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib, “Kami dan kalian bagaikan kuda yang saling berpacu. Kita berlomba dalam kemuliaan sejak dulu. Ketika kita dalam posisi seimbang, lalu kalian mengatakan, ‘Di tengah kami ada yang jadi nabi’. Kurang satu lagi saja, kalian mengaku-ngaku di tengah kalian ada nabi perempuan. Aku tidak mengetahui di klan Quraisy ini sebuah keluarga yang lebih pendusta baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan melebihi keluarga kalian ini.” (Riwayat ath-Thabrani: al-Mu’jam al-Kabir (20881)).

Ucapan Abu Jahl ini ia tujukan kepada Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi ﷺ yang saat itu masih satu keyakinan dengannya. Sama-sama tinggal di Mekah. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di Madinah. Semua ini menunjukkan tujuan Abu Jahl adalah ingin mengunggulkan kabilahnya di tengah persaingan dengan Bani Hasyim. Sikapnya sama seperti sikap Firaun tatkala menolak Nabi Musa ‘alaihissalam.

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأَرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ

Mereka berkata: “Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua”. [Quran Yunus: 78].

 

Sifat fanatik kesukuan, fanatik kedaerahan, fanatik komunitas, fanatik organisasi, ini semua budaya jahiliyah. Sejak dulu, setan terus mengangkat isu ini agar supaya orang menolak kebenaran dan memecah belah persatuan kaum muslimin. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Suatu kaum pasti akan berakhir jika mereka merasa bangga dengan nenek moyang mereka yang telah meninggal dunia. Mereka akan menjadi arang neraka Jahanam atau lebih hina di sisi Allah dari pada serangga yang mengendus kotoran dengan hidungnya. Sungguh Allah telah memusnahkan keangkuhan jahiliyah, dan kebanggaan dengan nenek moyang. Sesungguhnya ia adalah seorang mukmin yang bertakwa atau penjahat yang hidup sengsara. Semua orang adalah anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. (HR. Tirmidzi/al MAnaqib 3890, dan dihasankan oleh Al Baani dalam “Shahih Sunan Tirmidzi”: 3100).

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Waspadai Lima Jebakan Iblis

 

Donasiberkah.id – Suatu ketia Iblis berkata: “Ya Rabbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Al-Hijr: 39-40).

Dalam kitab Madarijus-Salihin, Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengungkapkan lima strategi iblis dalam menyesatkan manusia. Jika stategi pertama tidak berhasil, maka iblis akan menggunakan jeratan kedua, begitu seterusnya. Berikut ini strategi setan.

Pertama, iblis menawarkan kekufuran, menolak otoritas agama, menolak keyakinan kepada Tuhan, menolak ajaran Nabi, dan menolak kebenaran kitab suci. Bersama orang-orang kafir, setan menghembuskan keragu-raguan kepada kaum muslimin terhadap agamanya sendiri, mereka menghembuskan bahwa agamalah yang menjadikan penganutnya terbelakang, terbelenggu, tidak modern, dan ketinggalan zaman.

Melalui strategi ini iblis dan barisan orang-orang kafir menghembuskan isu bahwa Islam bertentangan dengan hak asasi manusia (HAM). Islam melegalkan praktik diskriminasi jender dengan menempatkan perempuan pada posisi di bawah pria. Islam mengajarkan sikap tidak bersahabat terhadap perbedaan dan cenderung memaksa kehendak. Selain itu bersikap absolutisme.

Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Perempuan - Dinas  Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang

Baca Juga : Hal-hal Yang Menyebabkan Pahala Sedekah Menghilang

Kedua, iblis membiarkan kita beragama, tapi dalam waktu bersamaan mereka menjadikan kita melakukan bid’ah (mengada-adakan agama). Iblis rela kita beragama, tapi iblis memiliki rencana untuk menyelewengkan kita sehingga kita merasa seolah-olah beragama, padahal sesungguhnya kita sudah jauh melenceng dari ajaran Islam.

Kita merasa mendapat pahala dari amal-amal kita, padahal amalan itu adalah bid’ah. Sadisnya, iblis menanamkan sikap fanatik kepada kita sehingga setiap orang yang mengingatkan praktik bid’ah, maka orang tersebut kita lawan, sebagaimana orang yang melawan agama.

Di sini setan sangat lihai. Ia memainkan pedang bermata dua, sebagaimana kita dijadikan mudah untuk membid’ahkan yang lain. Sementara sebagian lagi dijadikan fanatik terhadap ajaran bid’ahnya. Masing-masing memutlakkan pendapatnya, dan masing-masing menganggap dirinya dalam kelompok paling benar. Perseteruan antar-umat Islam di sini menjadi sangat seru, bahkan tidak sedikit berakhir dengan meninggalkan korban.

Cube watermelon Cube shaped watermelon stands out among regular ones. Difference and individuality concept.Similar images: unique melon stock pictures, royalty-free photos & images

Ketiga, setan menggoda kita lewat dosa-dosa besar, misalnya berzina, minuman keras, dan membunuh. Didukung oleh media cetak dan elektronik, kita dibuat gampang melakukan perbuatan maksiat, informasi kemaksiatan sangat mudah kita peroleh, berikut tempat, cara dan transaksinya. Lewat media pula, nafsu syahwat kita dirangsang, dipupuk, dan dikobar-kobarkan setiap saat. Tidak heran jika sebagian kita terjebak, masuk dalam jurang yang mereka buat sendiri.

Keempat, setan menjebak kita melalui dosa-dosa kecil. Iblis meniupkan pikiran nakal dalam hati kita bahwa dosa kecil itu sangat manusiawi. Bukankah manusia itu tempatnya salah dan dosa? Bukankah dosa-dosa kecil bisa dihapus dengan air wudhu, dengan istighfar, dan perbuatan baik lainnya?

Banyak di antara kita yang sangat hati-hati terhadap dosa besar, tapi mereka lalai terhadap dosa kecil. Padahal, dosa kecil yang dilakukan terus menerus bisa berakibat fatal. Jika dikumpulkan akan menjadi besar. Ironisnya, pelakunya tidak menyadari tumpukan dosa yang menggunung itu.

Businessman pushing large stone uphill 3d rendering of a strong man pushing a big rock up the hill to reach the goal on top. a mountain of problems stock pictures, royalty-free photos & images

Baca Juga : Manfaat Istighfar Apabila Dilakukan Setiap Hari

Kelima, setan mempengaruhi kita agar sibuk melakukan hal-hal yang mudah, sampai kita melupakan pekerjaan yang lebih strategis, termasuk melakukan ibadah.

Kita disibukkan tidur panjang, nongkrong di warung hingga larut malam, begadang tanpa tujuan, main musik, main catur atau olahraga yang melenakan. Ketika ada yang menegur, kita bisa berdalih, bukankan pekerjaan ini diperbolehkan? Wallahu a’lam bish shawab.

Dust-Disappearing alarm clock Clock disappearing on black ground wasting time stock pictures, royalty-free photos & images

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Umur 40 Tahun dan Isyarat Kebijaksanaan Menurut Al-Quran

Donasiberkah.id – Sungguh merugi jika kehidupan dunia yang singkat ini tidak diisi dengan amal saleh. Karena seiring bertambahnya usia, tanpa disadari kondisi fisik semakin menurun. Uban pun mulai tumbuh. Penglihatan, pendengaran, daya ingat, dan kemampuan berpikir mulai jauh berkurang.

”Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka, apakah mereka tidak memikirkan.” (QS Yaasiin [36]: 68). 

Bila mengacu pada Rasulullah ﷺ, beliau wafat di usia 63 tahun, maka dapat dikatakan bahwa umur pertengahan saat dewasa adalah 40 tahun.

 ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga bila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa,

 ‘Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS Al-Ahqaaf [46]: 15).

Just how welcome are Muslims in Scotland? | HeraldScotland

Betapa penting pencapaian umur 40 tahun itu, jelas tersirat dari ayat di atas. Doa dalam ayat di atas mengandung beberapa permohonan.

Pertama, adalah perintah untuk bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya.

Kedua, dapat beramal saleh dan kemudian mendapatkan ridha-Nya.

Ketiga, kebaikan diri dan keturunan. Diakhiri dengan pernyataan taubat dan berserah diri kepada-Nya.

Baca Juga : Keajaiban di Shubuh Hari Kisah Ali dan Orangtua

Ayat tersebut juga mengandung perintah agar kita senantiasa berbuat baik kepada orang tua, sekaligus mengingatkan betapa besar pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya.

Bakti dan hormat kepada orang tua merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan. ”Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua.” (HR Hakim).

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Keutamaan Menikahi Seorang Yatim dalam Islam

Donasiberkah.id – Pernikahan adalah salah satu peristiwa terpenting dalam hidup seseorang. Apalagi dalam Islam, pernikahan bahkan dianggap separuh dari agama. Menikah tidak hanya melibatkan dua orang yang akan menjadi suami istri, tetapi juga mempersatukan kedua keluarga pengantin.

Namun, orang bisa saja mengalami peristiwa yang tidak menguntungkan dalam hidupnya, seperti menjadi yatim piatu. Seperti yang kita ketahui bersama, seorang yatim piatu memiliki status khusus dalam Islam bersama dengan wanita janda. Allah SWT akan memberinya pahala yang sangat besar bagi kaum yang memberikan perhatian kepada mereka.

Seorang yang Pengasuh atau wali atau orangtua pengganti bagi anak-anak yatim memiliki keutamaan besar di hadapan Rasulullah ﷺ dalam sabdanya:

“Aku dan orang yang mengasuh atau memelihara anak yatim akan berada di surga begini,” lalu beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah serta merenggangkannya sedikit.” (HR Bukhari, Tirmidzi, Abu Daud).

Seorang wali anak-anak yatim sebisa mungkin merawat mereka hingga sampai menghantarkan kehidupan anak Yatim ke jenjang pernikahan.

وَابْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَۚ فَاِنْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوْٓا اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَآ اِسْرَافًا وَّبِدَارًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَانَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَالَهُمْ فَاَشْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِاللّٰهِ حَسِيْبًا

“Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas”.  (QS. An-Nisa’ 4 ayat: 6).

Banyak keuntungan menikah dengan seorang yatim dalam Islam. Tanggung jawab seseorang yang menikahi mereka memang tidak ringan, tetapi pahala yang didapatkan akan berlipat ganda.

Seperti yang diketahui, seorang  yatim piatu tidak memiliki orang tua untuk melindungi atau membimbing mereka.

Orang yang menikahi seorang yatim harus melakukan tugas pengganti sebagai orang tua dan juga sebagai pasangan yang baik.

Baca Juga : 7 Kewajiban dan Perintah Terhadap Anak Yatim Menurut Al-Qur’an

Mengikuti Perintah Allah

muslim bride and groom Happy muslim bride and groom get married. Flat vector illustration of lovers man and woman in wedding clothes. Together forever. Isolated over white background. muslim couple stock illustrations

Allah telah memerintahkan semua umat Islam untuk menjaga yatim piatu. Mereka harus diberi makan dan dirawat dengan nama Allah SWT. Siapapun yang menikahi yatim piatu berarti mengikuti perintah Allah.

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan……” (QS.Al-Insan 76 ayat: :8).

Melunakkan Hati

Muslim family sitting in sofa and making laugh and joking in living room happy smiling Islam modern flat color isolated vector design Muslim family sitting in sofa and making laugh and joking in living room happy smiling Islam modern flat color isolated vector design illustration muslim couple stock illustrations

Suatu ketika seorang pria datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya mengapa dia memiliki hati yang sangat keras. Lalu Rasulullah ﷺ menjawab:

“Apakah kamu ingin hatimu menjadi lembut dan mendapatkan apa yang kamu butuhkan? Kasihanilah anak yatim piatu, tepuk kepalanya dan beri dia makan dari apa yang kamu makan. Ini akan melembutkan hati kamu, dan memungkinkan kamu mendapatkan apa yang kamu butuhkan. ” (HR. Thabarani).

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

7 Amalan yang Berpahala Ibadah Haji

Donasiberkah.id – Ibadah Haji merupakan salah satu rukun Islam yang dilakukan oleh setiap muslim yang mamp menunaikannya, setiap muslim harus mendambakan untuk menapakkan kaki ke tanah Mekkah dan Madinah.

Ada tujuh amalan yang jika diamalkan bisa berpahala menunaikan haji. Amalan ini ada yang ringan bahkan kita bisa melakukannya setiap waktu. Walau ringan, namun pahalanya sangat luar biasa.

  1. Shalat lima waktu berjama’ah di masjid

Muslims Praying in a Mosque Illustration A vector illustration of Muslims Praying in a Mosque muslim prayer stock illustrations

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فِي الجَمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ تَطَوُّعٍ فَهِيَ كَعُمْرَةٍ نَافِلَةٍ

“Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, maka ia seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti melakukan umrah yang sunnah.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 127).

Dalam hadits lainnya, dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ

“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih).” (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad, 5: 268).

Baca Juga : Kisah Muwaffaq – Pahala Membantu Tetangga dan Anak Yatim

2- Melakukan Sholat Isyraq

чтение корана Praying with quran 2D vector web banner, poster. Hindu tradition. Worship and faith. Man reading koran flat characters on cartoon background. Muslim religion printable patch, colorful web element muslim prayer stock illustrations

Cara melakukannya:

a- Shalat shubuh berjamaah di masjid

b- Berdiam untuk berdzikir dan melakukan kegiatan yang manfaat

c- Ketika matahari setinggi tombak (15 menit setelah matahari terbit) melakukan shalat dua raka’at (disebut shalat isyraq atau shalat Dhuha di awal waktu).

Dalilnya adalah dari hadits dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani).

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi, no. 586).

3- Menghadiri majelis ilmu di masjid

Muslim Man Giving Religious Lecture at Pulpit

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ

“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 8: 94)

4- Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi ﷺ. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”

Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih tiga puluh tiga kali, bertahmid tiga puluh tiga kali, bertakbir tiga puluh empat kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkanlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tiga puluh tiga kali.” (HR. Bukhari, no. 843).

Abu Shalih yang meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah berkata,

“Orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin kembali menghadap Rasulullah ﷺ, mereka berkata, “Saudara-saudara kami yang punya harta (orang kaya) akhirnya mendengar apa yang kami lakukan. Lantas mereka pun melakukan semisal itu.” Rasulullah ﷺkemudian mengatakan, “Inilah karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang ia kehendaki.” (HR. Muslim, no. 595).

5- Umrah di bulan Ramadhan

Holy Kaaba Mecca Saudi Arabia muslim people sketch Holy Kaaba in Mecca Saudi Arabia with muslim people vintage engraved illustration hand drawn sketch makkah stock illustrations

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ pernah bertanya pada seorang wanita,

مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا

“Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?”

Wanita itu menjawab, “Aku punya tugas untuk memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya –ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Rasulullah ﷺ bersabda,

فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ

“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari, no. 1782; Muslim, no. 1256).

Dalam lafazh Muslim disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

“Umrah pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim, no. 1256)

Dalam lafazh Bukhari yang lain disebutkan,

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi.” (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

6- Berbakti pada orang tua (birrul walidain)

Happy mother`s day. Side view of Happy Muslim mom with her baby  silhouette plus abstract watercolor painted. Muslim mama with he royalty free illustration

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا

“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah ﷺ dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.

Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani).

Bagaimana kalau orang tua sudah meninggal dunia?

Ada enam hal yang bisa disimpulkan dari berbagai dalil:

Mendo’akan kedua orang tua. Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua. Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia. Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin. Memuliakan teman dekat keduanya. Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.

Baca Juga : Kisah Salman yang Menegur Ibadah Abu Darda’

7- Bertekad untuk berhaji

Pilgrim on Moutain illustration and Hajj Mabrour typography Muslim pilgrimage praying on Jabal Rahmah mountains at Arafat with Hajj mabrour typography in arabic and english means "may Allah accept your hajj. Eid Mubarak muslim prayer stock illustrations

Karena siapa yang memiliki uzur namun punya tekad kuat dan sudah ada usaha untuk melakukannya, maka dicatat seperti melakukannya. Contoh misalnya, ada yang sudah mendaftarkan diri untuk berhaji, namun ia meninggal dunia sebelum keberangkatan, maka ia akan mendapatkan pahala haji.

Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (HR. Bukhari, no. 2996).

Semoga Allah memudahkan kita mengamalkan amalan di atas. Dan semoga kita pun dimudahkan untuk mengamalkan haji yang sebenarnya. Aamiin

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Amal-amal Berpahala Jariyah Dalam Islam

Donasiberkah.id – Islam mengenal amal jariyah yang pahalanya terus mengalir tanpa putus. Orang yang melakukan amalan jariyah semasa hidupnya akan mendapatkan pahala meski telah meninggal. Sebagai manusia kita dihadapkan dengan terbatasnya usia hidup, yang memang hakikatnya dunia ini bersifat sementara dan diperuntukkan untuk mencari amal sebanyak-banyaknya.

Maka dari itu dalam Islam ada amalan ‘booster’ yang jika kita lakukan pahalanya akan terus mengalir bahkan di saat pelaku amal itu meninggal.

Amal jariyah disebutkan dalam hadits yang diceritakan Abu Hurairah RA,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR Muslim).

The Muslim child prays in the mosque, the little boy prays to God, Peace and love in the holy month of Ramadan. Ramadan Kareem,The Muslim boy prays in the mosque, the little boy prays to God,Peace and love in the holy month of Ramadan,lifestyle concept Muslim boy praying stock pictures, royalty-free photos & images

Baca Juga : Keutamaan Menyayangi dan Menyantuni Anak Yatim dalam Islam

Ahmad Syarifuddin dalam bukunya Mendidik Anak: Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Quran menjelaskan, amalan dengan pahala yan terus mengalir tidak terbatas pada tiga perkara tersebut.

Ada amalan lain yang turut terikat karena sifatnya yang situasional, berikut haditsnya,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya amal dan kebajikan yang dapat menyusul orang mukmin setelah dia meninggal dunia di antaranya yaitu: ilmu yang disebarkan, anak sholeh yang dia tinggalkan, mushaf Al-Quran yang dia wariskan, masjid yang dibangunnya, rumah tinggal pagi perantau yang dia bangun, sungai yang dia alirkan (irigasi), dan sedekah harta yang dikeluarkannya saat sehat dan hidup. Seluruh amal dan kebajikan ini akan menyusul orang mukmin sepeninggalannya dari dunia.” (HR Ibnu Majah).

Dalam riwayat lain juga disebutkan, setidaknya ada 7 amal yang termasuk amal jariyah. Berikut haditsnya,

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ، أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

Artinya: “Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) orang yang mengalirkan sungai (yang mati) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma, (5) orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mushaf Al-Qur’an, dan (7) orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat.” (HR Baihaqi).

Karst mountains and river Li in Guilin/Guangxi region of China Sun beams on a misty morning on karst mountains and river Li in Guilin/Guangxi region of China beauty river stock pictures, royalty-free photos & images

Atas dasar hadits tersebut, as-Suyuthi menyebut setidaknya ada 10 amal yang termasuk kategori amal jariyah. 10 amal tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Ilmu-ilmu yang disebarkan.

2. Doa anak muslim.

3. Menanam pohon.

4. Sedekah jariyah.

5. Mewariskan mushaf.

6. Mengawal tapal batas pertahanan (jihad) seperti pesantren, taman pendidikan Al-Qur’an, majelis ilmu dll.

7. Menggali sumur atau membuat irigasi.

8. Membangun rumah inap untuk perantau.

9. Membangun tempat dzikir.

10. Mengajarkan (mendidik) Al-Quranul Karim.

Amalan-amalan di atas adalah amalan yang mendatangkan manfaat bagi orang lain, baik semasa hidup maupun sudah meninggal dunia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR Ath-Thabrani).

Sahabat hikmah, itulah beberapa contoh amal jariyah. Kelak amalan tersebut akan mendatangkan pahala yang terus mengalir tanpa putus.

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Keutamaan Akrab Dengan Al-Qur’an

Donasiberkah.id – Bagi orang Islam, membaca Al-Qu’ran tentunya menjadi kegiatan yang tidak akan asing bahkan sering dilakukan. Bagaimana tidak, sesuai dengan arti dari kutipan ayat yang sebelumnya sudah ditulis mengatakan bahwa baik ketika membaca Al-Qur’an, maupun mendengarkannya saja, sudah banyak rahmat yang akan didapatkan. Tidak heran, banyak sekali keutamaan membaca Al Qur’an.

Seperti yang kita ketahui, Al Qur’an merupakan pedoman bahkan kitab suci umat Islam. Sangat rugi sekali jika umat Islam tidak mau membacanya. Apalagi dengan banyaknya keutamaan yang bisa didapatkan dengan membaca Al Qur’an ini. Lantas, apa saja keutamaan tersebut?

Keutamaan Membaca Al Qur’an dapat Memberi Petunjuk

Penciptaan manusia oleh Allah SWT, tentunya bukan tanpa alasan dan bukan juga sesuatu hal yang sia-sia. Manusia sengaja diciptakan oleh-Nya untuk senantiasa beribadah kepada Allah agar kelak di kehidupan abadi mendapat balasan yang sesuai.

Meskipun begitu, terkadang umat manusia melenceng dari ketetapan yang sudah dibuat-Nya. Itulah kenapa, manusia membutuhkan petunjuk atau pedoman yang bisa membawa mereka pada kebenaran.

Salah satu keutamaan dari membaca Al Qur’an, tentunya agar kita bisa mendapatkan petunjuk agar bisa menjalani hidup di jalan yang benar. Sesuai dengan firman Allah di dalam Al Qur’an yang artinya seperti berikut:

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra : 9).

Tak hanya firman itu saja, Rasulullah pun sudah memberikan wasiat kepada para umatnya agar selalu membaca Al-Qur’an karena di situlah setiap jalan dan petunjuk akan dibuka. Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ :

”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi).

Baca Juga : 7 Kewajiban dan Perintah Terhadap Anak Yatim Menurut Al-Qur’an

Setiap Huruf Al Qur’an Bernilai 1 Hasanah

Black Arabic Seamless Pattern vector art illustration

Seperti yang diriwayatkan Abdullah Ibnu Mas‘ud:

“Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah ﷺ, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi).

Coba perhatikan hadits tersebut. Begitu istimewa sekali setiap huruf-huruf yang ada di dalam Al Qur’an. Bagaimana tidak, setiap huruf yang dibaca oleh seseorang, maka orang tersebut sudah pasti mendapatkan 1 kebaikan. Jika satu hari Anda membaca 1 surat, dikalikan dengan berapa banyak huruf yang dibaca, maka sudah berapa banyak kebaikan yang didapatkan?.

Balasan Kebaikan Berlipat

man is reading Al Quran on night Ramadan day on blue background vector illustrator. woman is reading Al Quran on night Ramadan day on blue background vector illustrator. quran stock illustrations

Bukan hanya merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah, membaca Al Qur’an bisa mendatangkan balasan pahala dengan kebaikan yang berlipat-lipat. Bahkan, ketika seseorag tidak meminta kepada Allah, namun dirinya rajin membaca Al Qur’an, Allah akan senantiasa memberinya apapun yang dibutuhkannya. Terlebih Allah adalah yang paling tahu terhadap apapun yang dibutuhkan oleh setiap hamba-Nya.

Hal itu sesuai dengan hadits, di mana dikatakan:

‘Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan Al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR. Al-Baihaqi).

Diampuni Dosa-Dosa

International day for the remembrance of the slave trade and its abolition concept Silhouette human hands raising and broken chains at night background forgiven sins stock pictures, royalty-free photos & images

Siapa yang tidak ingin diampuni dosa-dosanya? Setiap manusia, pastinya tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa. Apalagi kehadiran setan, iblis dan jin yang setiap harinya bekerja untuk menggoda manusia agar melakukan hal-hal yang tidak baik.

Jika seseorang terjerumus ke dalam ajakan setan, maka bukan tidak mungkin dirinya akan melakukan dosa. Apalagi jika dibiarkan, dosa tersebut terus dilakukan sehingga lama-lama menjadi banyak dan semakin menumpuk.

Meskipun begitu, sebanyak apapun dosa yang kita miliki, Allah selalu memberi jalan agar kita bisa menebus dosa-dosa. Salah satunya adalah dengan rajin membaca AL Qur’an secara sungguh-sungguh dan ikhlas.

Pasalnya, ketika seseorang membaca Al Qur’an bahkan hingga hatam keseluruhannya, maka malaikat baik akan senantiasa berdoa dan memohonkan ampun pada Allah atas semua dosa-dosa orang tersebut.

Keutamaan Al Qur’an tersebut sudah diterangkan oleh salah satu hadits yang artinya berbunyi,

“Ketika seorang hamba mengkhatamkan Al-Qur’an, maka di penghujung khatamnya, sebanyak 60 ribu malaikat akan memohonkan ampun untuknya” (HR. ad-Dailami).

Mendapat Syafaat di Hari Akhir

Holy book of quran. Holy book of quran. Vector illustration quran stock illustrations

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya,” (HR. Ahmad).

Hari Kiamat merupakan sebuah kepastian yang akan datang. Kita tidak pernah tahu kapan hari kiamat tersebut, bagaimana keadaan kita saat terjadinya, dan apa saja amal yang sudah kita bawa untuk menghindarkan diri dari siksaan pedih di akhirat nanti.

Jika dosa-dosa kita aman banyak, tentu jaminan neraka jahannam sudah di pelupuk mata. Namun, sebaliknya jika pahala dan amal kebajikan yang sangat banyak, meskipun hari kiamat tiba, kita sudah siap karena ganjalannya Surga.

Salah satu keutamaan dari membaca Al Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah adalah memberikan syafa’at ketika hari kiamat tiba. Al Quran bisa menjadi saksi di depan Allah bahwasannya ketika hidup di dunia, kita sering membacanya. Tentunya itu bisa menjadi penolong agar itu terbebas dari siksaan yang pedih.

Mendatangkan Kebaikan dan Ditemani Malaikat

Clouds background Vanilla sky with copy space angel stock pictures, royalty-free photos & images

“Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah meriwayatkan bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Tidak ada suatu ibadah apapun yang tidak mendatangkan kebaikan untuk pelakunya. Allah sudah berjanji bahwasannya setiap kebaikan sebesar biji zarah, akan dibalas. Begitu pun dengan kejahatan sebesar biji zarah akan dibalas juga. Membaca Al Qur’an adalah salah satu bentuk ibadah umat Islam kepada manusia.

Karena merupakan salah satu ibadah, tentu Allah akan membalas ibadah tersebut dengan banyak sekali kebaikan. Di dalam hadits yang sebelumnya dituliskan, menjelaskan bahwa malaikat akan menemani orang yang lancar membaca Al Qur’an.

Bahkan, setiap bacaan yang dibacanya, walaupun dibaca dengan terbata, Allah akan tetap memberikan sebanyak dua pahala. Tentunya pahala tersebut bisa memberikan banyak kebaikan dan ridho Allah di setiap langkahnya.

Baca Juga : Kisah Abu Jahal yang Terpesona Dengan Al-Qur’an yang Dibacakan Nabi ﷺ

Mengerjakan Ibadah paling Agung

Muslim man and his son reading a book. Father teaching his son Ramadan kareem flat cartoon illustration quran stock illustrations

Diriwayatkan dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi  “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar Shahih).

Sebagai umat Islam sudah sepantasnyalah kita mencintai Allah dan Rasulnya. Banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara mencintai Allah maupun Rasul. Padahal, hal ini bisa dilakukan dengan sangat mudah.

Sesuai dengan hadits tersebut, di mana ketika seseorang rajin membaca Al Qur’an dan mencintainya, maka sudah otomatis mereka adalah orang-orang yang cinta terhadap Allah dan Rosulnya. Itulah kenapa, membaca Al Qur’an termasuk pada salah satu ibadah yang dinilai paling agung oleh Rasulullah ﷺ.

Diangkat Derajatnya

Stairway Leading Up To Sky At Sunrise - Resurrection And Entrance Of Heaven Staircase Leading Up To Sky At Sunrise - Resurrection And Entrance Of Heaven angel stock pictures, royalty-free photos & images

Pada dasarnya, derajat setiap umat manusia adalah sama. Namun, ada hal yang membedakan derajat seseorang dengan orang yang lainnya di mata Allah, yakni seberapa banyak amal ibadah dan kebaikannya. Semakin sering seseorang beribadah dan berbuat baik, maka semakin tinggi derajatnya di mata Allah.

Keutamaan lain dari membaca Al Qur’an adalah bisa mengangkat derajat pembacanya di hadapan Allah. Hal ini pun sesuai dengan hadits dari Umar RA berkata bahwa Rasulullah:

“Allah Ta’ala mengangkat derajat berapa kaum melalui kitab ini (Al-Qur’an) dan Dia merendahkan beberapa kaum lainnya melalui kitab ini pula.” (HR Muslim).

Mendatangkan Rahmat dan Membuat Hati Menjadi Tentram

Quran holy book of muslims in the mosque

Pernahkah Anda merasakan rasa nyaman, tentram, dan  semua beban terasa hilang setelah membaca Al Qur’an? Sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an itu sendiri yang artinya “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra: 82).

Dari kutipan ayat tersebut sudah jelas bahwasannya Al Qur’an bisa menjadi penawar dari segala macam keburukan. Terutama hal-hal buruk yang dirasakan oleh seseorang seperti rasa sakit, rasa tidak tenang, rasa tidak tentram dan lain sebagainya. Dengan membaca Al Qur’an, tentu bisa membuat kita jadi merasakan lebih tenang dan aman. Ketika Anda sedang gelisah, cobalah untuk membacanya.

Tak hanya memberikan ketenangan saja, Al Qur’an pun adalah rahmat bagi semua umat. Bahkan ketika Anda membaca Al Qur’an, secara tidak langsung Anda pun sedang mengingat Allah. Tak heran, Allah akan datang kepada kita dan memberikan rahmat untuk kita.

Hal itu karena Allah akan bersama dengan orang-orang yang selalu mengingatnya. Ketika Allah selalu membersamai, tentu setiap langkah dan apapun yang kita lakukan sudah barang tentu diberkahi dan diridhoi.

Membantu Orangtua di Akhirat

Decorative stars on a dark blue background. Concept of the night

Keistimewaan dan keutamaan lain yang akan didapatkan ketika kita membaca Al Qur’an adalah bisa memberikan syafaat untuk kedua orangtua kelak di akhirat. Pasalnya, orang yang sering membaca Al Qur’an adalah orang yang senantiasa diberikan kemuliaan oleh Allah. Apalagi bagi orang yang menghafalkannya serta bisa memahami tentang apa saja isi kandungan, hikmah dan pelajaran yang ada di dalamnya.

Nantinya, orang tersebut akan mendapat rahmat yang luar biasa. Salah satunya adalah kemampuan untuk membantu orangtua mereka di akhirat. Bahkan, para penghafal Al-Qur’an ini bisa memakaikan mahkota di kepala kedua orangtuanya dan membangunkan rumah untuk mereka di surga Allah.

Dengan memperhatikan beberapa keutamaan dan keistimewaan tersebut, betapa banyak sekali kebaikan dan keuntungan yang dihadirkan karena kita sering membaca Al Qur’an. Manusia adalah tempatnya salah, maka tidak ada salahnya jika kita memperbaiki dan menghapus segala kesalahan kita dengan memanfaatkan keutamaan dari Al Qur’an ini.

Apalagi dengan semua keutamaan yang diberikannya, alasan apalagi yang membuat kita enggan untuk membacanya, menghafalnya, lalu mengaplikasikan setiap hikmahnya dalam kehidupan? Bukankah, ingin sekali bukan agar kita bisa mendapat semua syafaat dan rahmatnya agar selamat dunia akhirat?

 

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan Saat Khutbah Berlansung

 

Donasiberkah.id – Shalat Jumat merupakan kewajiban bagi tiap Muslim khususnya kaum laki-laki yang sudah akil balig dan tidak sedang dalam perjalanan atau musafir.

Muslim dianjurkan untuk bersegera mendatangi masjid untuk melaksanakan sholat Jumat. Mereka juga diperintahkan untuk menghentikan sementara jual beli dan meninggalkan urusan duniawi jika seruan sholat Jumat sudah dikumandangkan. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al Jumuah:9).

Selain anjuran bersegera ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat, ada beberapa larangan yang dilakukan saat sedang mendengarkan khutbah Jum’at. Berikut beberapa pelanggaran yang sering dilakukan kaum muslimin ketika jumatan.

1. Berbicara saat khatib sedang khutbah

Kelas XI: Khutbah, Tabligh, Dakwah - Cuma Berbagi

Khotbah merupakan rangkaian salat Jumat yang harus ada dan didengarkan dengan seksama. Namun, pada kenyataannya masih sering kita jumpai ada beberapa jemaah yang saling berbicara padahal khotbah sedang berlangsung.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila engkau berkata kepada temanmu dan imam sedang berkhotbah pada hari Jumat, ‘diamlah’. Sesungguhnya engkau telah melakukan kesia-siaan,” (HR. Bukhari & Muslim).

الَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَير، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ تَكَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ، فَهُوَ كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا، وَالَّذِي يَقُولُ لَهُ “أنصت”، ليس له جمعة

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, dari Mujalid, dari Asy-Syabi, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang berbicara pada hari Jumat, padahal imam sedang berkhotbah, maka perumpamaannya sama dengan keledai yang memikul kitab-kitab yang tebal. Dan orang yang berkata kepadanya, “Diamlah!” Maka tiada (pahala) Jumat baginya.

Diriwayatkan juga oleh Muslim, Ahmad, Malik, Abu Dawud dan an-Nasai dengan redaksi masing-masing) Karena perkataan sia-sia semestinya tidak keluar dari mulut seorang muslim, apa lagi saat ibadah Jumat seperti ini. Karena khutbah Jumat itu setara dengan dua rokaat. Jadi jika lalai dari mendengarkannya, maka seakan kita lalai dari dua reka’at shalat kita.

2. Bermain HP

Main HP Ketika Khutbah – Thayyibah

Lantas bagaimana dengan hukum main handphone (HP) saat khutbah Jumat berlangsung?

Pendapat pertama, Imam Hanafi, Maliki, Hambali dan Auza’I mengatakan bahwa wajib hukumnya mendegarkan khutbah Jumat. Pendapat ini juga pendapat sahabat Utsman bin Affan, Abdullah bin Umar dan Ibnu Mas’ud.

Mereka bersikeras mengatakan ini, mengingat pentingnya mendengarkan khutbah, sehingga Imam Abu Hanifah mengatakan: “Semua hal yang diharamkan ketika sholat, haram juga dilakukan ketika sedang mendengarkan khutbah”.

Semisal makan, minum, ngobrol, bertasbih, menjawab salam, bercanda. Apalagi sampai main-main dengan HP . Jika bertasbih saja mereka menganggap hal ini tidak boleh dilakukan ketika khutbah, apa lagi untuk perkara HP.

Allah Subhanahu Wata’ala:

وإذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون

“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. Al-A’rof 7 ayat 204).

Sudah bisa dipastikan bahwa dalam khutbah Jumat itu pasti ada ayat Alquran, karena itu tidak layak bagi jama’ah untuk main-main ketika khotib sedang berkhutbah. Hadits Nabi Muhammad ﷺ :

إذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت

Artinya: “Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at, ‘diam dan perhatikanlah’, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.” (HR. Al-Bukhari).

Baca Juga : Ada Pasar Surga di Hari Jumat  Ini Kabar Rasulullah ﷺ

3. Melangkahi Pundak Orang Lain

Significance of Jumu'ah khutbah in Islam | Print Version

 

Larangan ini ditujukan bagi orang yang terlambat datang ke masjid saat khatib sedang berkhutbah lalu melihat ada celah di shaf dan berupaya melewati pundak orang lain untuk menempati celah yang kosong tersebut.

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اتُّخِذَ جِسْرًا إِلَى جَهَنَّمَ

“Barangsiapa di hari jum’at melangkahi pundak orang lain, maka akan dibuatkan baginya jembatan ke jahannam”. (HR. ibnumajah).

 

Namun, jika melewati pundak orang lain sebelum khatib naik mimbar untuk khutbah maka dibolehkan.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فَجَعَلَ يَتَخَطَّى النَّاسَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْلِسْ فَقَدْ آذَيْتَ وَآنَيْتَ

dari Jabir bin Abdullah berkata, “Seorang laki-laki masuk masjid pada hari jum’at sementara Rasulullah ﷺ berkhutbah. Laki-laki itu melangkahi orang-orang hingga Rasulullah ﷺ bersabda: “Duduk! Sungguh engkau telah terlambat dan menyakiti (orang lain). “

4. Duduk sambil memeluk lutut ‘Ihtiba’

Jangan Duduk Sambil Memeluk Lutut

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ

Artinya: “Rasulullah ﷺ melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).

Imam Nawawi mengatakan larangan duduk memeluk lutut saat mendengarkan khutbah agar tetap terjaga dan tidak tidur. Wallahu A’lam Bishshawab.

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

 

 

 

Keutamaan Seorang Ibu Dalam Islam

Donasiberkah.id- Ibu adalah orang yang paling layak untuk mendapatkan perlakuan paling baik. Islam menaruh perhatian khusus terhadap sosok ibu sehingga wajib untuk dimuliakan dan berbuat baik kepadanya.

Bukti bahwa Islam sangat memuliakan perempuan yaitu diabadikannya salah satu surat Al-Qur’an dengan nama Surat An-Nisa’ (perempuan) terdiri atas 176 ayat. Banyak Hadis Nabi menerangkan keutamaan memuliakan Ibu dan berbakti kepadanya.

Berikut adalah keutamaan-keutamaan ibu dalam Islam.

1. Ibu Lebih Berhak Diperlakukan Baik

 

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al-Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR Al Bukhari).

2. Kedudukan Ibu 3 Kali Lebih Mulia dari Ayah

Muslim ibu Stok Vektor, Ilustrasi Muslim ibu Bebas Royalti | Depositphotos®

Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

“Sesungguhnya Allah berwasiat 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat.” (HR. Ibnu Majah).

Baca Juga : Kisah Uwais Al-Qarni, Pemuda yang Viral di Langit

3. Bakti Kepada Ibu Amalan Paling Mendekatkan Diri kepada Allah

 

Dari Atha bin Yassar, ia berkata:

عن ابنِ عبَّاسٍ أنَّهُ أتاهُ رجلٌ ، فقالَ : إنِّي خَطبتُ امرأةً فأبَت أن تنكِحَني ، وخطبَها غَيري فأحبَّت أن تنكِحَهُ ، فَغِرْتُ علَيها فقتَلتُها ، فَهَل لي مِن تَوبةٍ ؟ قالَ : أُمُّكَ حَيَّةٌ ؟ قالَ : لا ، قالَ : تُب إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، وتقَرَّب إليهِ ما استَطعتَ ، فذَهَبتُ فسألتُ ابنَ عبَّاسٍ : لمَ سألتَهُ عن حياةِ أُمِّهِ ؟ فقالَ : إنِّي لا أعلَمُ عملًا أقرَبَ إلى اللَّهِ عزَّ وجلَّ مِن برِّ الوالِدةِ

“Dari Ibnu ‘Abbas, ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata kepada Ibnu Abbas:

Saya pernah ingin melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah dengan saya. Lalu ada orang lain yang melamarnya, lalu si wanita itu mau menikah dengannya. Aku pun cemburu dan membunuh sang wanita tersebut. Apakah saya masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas menjawab: Apakah ibumu masih hidup? Lelaki tadi menjawab: Tidak, sudah meninggal. Lalu Ibnu Abbas mengatakan: Kalau begitu bertaubatlah kepada Allah dan dekatkanlah diri kepadaNya sedekat-dekatnya. Lalu lelaki itu pergi. Aku (Atha’) bertanya kepada Ibnu Abbas: kenapa anda bertanya kepadanya tentang ibunya masih hidup atau tidak? Ibnu Abbas menjawab: aku tidak tahu amalan yang paling bisa mendekatkan diri kepada Allah selain Birrul Walidain (berbakti kepada orangtua).” (HR. Al Bukhari).

4. Ridho Allah Terletak Pada Ridho Orangtua

Dalam bebera riwayat disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

“Ridha Allah ada pada ridha kedua orangtua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim).

5. Berbakti kepada Ibu Menjadi Sebab Seseorang Masuk Surga

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan disahihkan oleh Imam Al-Hakim.

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ ، أَنَّ جَاهِمَةَ رضي الله عنه جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ . فَقَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ نَعَمْ . قَالَ: فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

“Dari Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami, ia datang menemui Rasulullah ﷺ. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang dan saya sekarang memohon nasihat kepadamu?’ Rasulullah lalu bersabda: “Kamu masih punya ibu?” Mu’awiyah menjawab, “Ya, masih.” Rasulullah bersabda: “Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya.” Demikian lima keutamaan berbakti kepada ibu yang kami rangkum dari beberapa Hadis yang masyhur. Selain Hadis di atas, Al-Qur’an juga menegaskan keutamaan memuliakan ibu dan berbakti kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman:

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman Ayat 14).

Hal-hal yang menyebabkan seorang anak wajib berbuat baik kepada ibu:

Muslim mother holds the baby in her arms. Woman cradles a newborn. Cartoon design, health, care, maternity parenting. Vector illustration isolated on white background in trendy flat style. Muslim mother stock illustrations

1. Ibu mengandung seorang anak sampai ia dilahirkan. Selama masa mengandung itu, ibu menahan dengan sabar penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat, dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. Kekuatannya baru pulih setelah habis masa nifas.

2. Ibu menyusui anaknya sampai usia dua tahun. Banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anaknya. Hanya Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.

Maukah sahabat jadi bagian dari pensejahtera anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, infaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini:

English EN Indonesian ID