Bercermin memiliki dua artian namun memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memperbaiki dan mempercantik. Yang pertama adalah bercermin untuk memperbaiki penampilan fisik. Hanya cermin yang biasa yang kita butuhkan untuk itu. Yuk kita Bercermin, memperbaiki diri dan hati agar lebih baik lagi.Lalu yang kedua itu adalah bercermin untuk memperbaiki hati. Ini juga sering disebut sebagai introspeksi atau muhasabah. Bercermin pada diri sendiri juga merupakan suatu kewajiban seorang muslim, untuk selalu memperbaiki diri.Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat.”Imam Ahmad meriwayatkan, Umar bin Khattab berkata, “Hisablah dirimu sebelum dihisab! Timbanglah diri kalian sebelum diri kalian ditimbang! Sesungguhnya bercermin diri (bermuhasabah) bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari ditampakkannya amal-amal.”
Bercermin diri itu untuk lebih mengenal diri sendiri. Apakah yang ada dalam dirinya sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan islam. Apakah kita telah menjadi manusia yang lebih baik ataukah lebih buruk? hal tersebut harus dipertanyakan dan hanya diri kita dan Allah yang mengetahui jawabannya.Jika kita telah mengenal diri kita sendiri, kita bisa mengatasi nafsu dalam diri kita. Berintrospeksi diri juga dilakukan untuk mengatasi nafsu ammarah dalam hati seseorang mukmin. Imam Ahmad meriwayatkan, “Orang yang berakal itu adalah orang yang mengendalikan nafsunya dan beramal sebagai persiapan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah itu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan kepada Allah (bahwa Dia akan mengampuninya).”Sudah menjadi keharusan bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak lupa mengitrospeksi nafsu, menyempitkan ruang geraknya, dan menahan gejolaknya. Orang yang tidak pernah mengintrospeksi nafsunya maka akan terus terbawa oleh nafsunya dan menjadikannya merugi disetiap waktunya.
Jangan pernah kita berpikir bahwa tidak ada lagi yang perlu diperbaiki dalam diri kita. Selalu ada hal dalam diri kita yang perlu diperbaiki. Entah itu akhlak, pola pikir, dan keimanan. Sebab tidak ada manusia yang benar-benar sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu kita perlu untuk introspeksi dan memperbaiki hal buruk dalam diri kita.Untuk bercermin diri, yang kita butuhkan adalah seorang teladan. Dan sebaik-baiknya teladan adalah Rasulullah. Bahkan Allah menyebutkannya dalam Al-Qur’an. Allah berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21).
Kita harus bercermin diri, apakah diri kita sudah menjadi orang yang sabar seperti Rasulullah? Apakah kita sudah cukup bersyukur kepada Allah?Yang menghalangi diri kita dari memperbaiki diri adalah kesombongan dan keangkuhan diri yang kurang dewasa. Tidak mengakui kesalahan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Kita mesti waspada akan penyakit yang ada dalam hati kita.Maka dari itu, sangat penting Bercermin memperbaiki diri dan hati, sehingga kita tidak jadi orang yang merugi. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia” (HR. Tirmidzi).