Donasiberkah.id- Mush‘ab bin Umair salah seorang di antara para sahabat Nabi. Alangkah baiknya jika kita memulai kisah dengan pribadinya: Seorang remaja Quraisy terkemuka, seorang yang paling ganteng dan tampan, penuh dengan jiwa dan semangat kepe-mudaan. Para muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangat kepemudaannya dengan kalimat:
“Seorang warga kota Mekah yang mempunyai nama paling harum”.
Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Mungkin tak seorang pun di antara anak-anak muda Mekah yang beruntung dimanjakan oleh kedua orang tuanya demikian rupa yang dialami Mush‘ab bin Umair.
Mungkinkah kiranya anak muda yang serba kecukupan, biasa hidup mewah dan manja, menjadi buah-bibir gadis-gadis Mekah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah ceritera tentang keimanan, menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan? Sungguh, suatu riwayat penuh pesona, riwayat Mush‘ab bin Umair atau sebagai biasa digelarkan “Mushab yang baik” oleh Kaum Muslimin. Ia salah satu di antara pribadi-pribadi Muslimin yang ditempa oleh Islam dan dididik oleh Muhammad ﷺ.
Tetapi corak pribadi manakah … ?
Sungguh, kisah hidupnya menjadi kebanggaan bagi kemanusiaan umumnya. Suatu hari anak muda ini mendengar berita yang telah tersebar luas di kalangan warga Mekah mengenai Muhammad al-Amin, Muhammad ﷺ, yang mengatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita suka maupun duka, sebagai da‘i yang mengajak ummat beribadat kepada Allah Yang Maha Esa.
Sementara perhatian warga Mekah terpusat pada berita itu, dan tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah ﷺ. serta Agama yang dibawanya, maka anak muda yang manja ini paling banyak mendengar berita itu. Karena walaupun usianya masih belia, tetapi ia menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan yang selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota dan teman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan pembuka jalan pemecahan masalah.
Di antara berita yang didengarnya ialah bahwa Rasulullah bersama pengikutnya biasa mengadakan pertemuan di suatu tempat yang terhindar jauh dari gangguan gerombolan Quraisy dan ancaman-ancamannya, yaitu di bukit Shafa di rumah Arqam bin Abil Arqam.
Keraguannya tiada berjalan lama, hanya sebentar waktu ia menunggu, maka pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqam menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulullah ﷺ sering berkumpul dengan para sahabatnya, tempat mengajarkannya ayat-ayat al-Quran dan membawa mereka shalat beribadat kepada Allah Yang Maha Besar.
Baru saja Mush‘ab mengambil tempat duduknya, ayat-ayat al-Quran mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema melalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga, meresap di hati para pendengar.
Baca Juga: Kisah Abu Jahal yang Terpesona Dengan Al-Qur’an yang Dibacakan Nabi ﷺ
Di senja itu Mush‘ab pun terpesona oleh untaian kalimat Rasulullah yang tepat menemui sasaran pada kalbunya Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan serasa terbang ia karena gembira.
Tetapi Rasulullah mengulurkan tangannya yang penuh berkat dan kasih sayang dan mengurut dada pemuda yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai, tak obah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas berlipat ganda dari ukuran usianya dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah jalan sejarah.
Tetapi di kota Mekah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang yang bernama Usman bin Thalhah melihat Mush‘ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia shalat seperti Muhammad ﷺ Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush‘ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.
Berdirilah Mush‘ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Mekah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat al-Quran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut puteranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.
Baca Juga: Sahabat Abu Bakar dan Jubah Tua
Karena rasa keibuannya, ibunda Mush‘ab tidak jadi memukul dan menyakiti puteranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan bela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah puteranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya amat rapat.
Demikianlah beberapa lama Mush‘ab tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush‘ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganya, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara saudaranya kaum Muhajirin, lalu pulang ke Mekah.
Kemudian ia pergi lagi hijrah kedua kalinya bersama para shahabat atas titah Rasulullah dan karena taat kepadanya. Baik di Habsyi ataupun di Mekah, ujian dan penderitaan yang harus dilalui Mush‘ab di tiap saat dan tempat kian meningkat.
la telah berubah 180 derajat dari yang dulu pemuda yang berpakaian modis dan mewah menjadi pemuda yang berpakaian sangat sederhana.
Pada suatu hari ia tampil di hadapan beberapa orang Muslimin yang sedang duduk sekeliling Rasulullah ﷺ Demi memandang Mush‘ab, mereka menundukkan kepala dan memejamkan mata, sementara beberapa orang matanya basah karena duka. Mereka melihat Mush‘ab memakai jubah usang yang bertambal-tambal, padahal belum lagi hilang dari ingatan mereka pakaiannya sebelum masuk Islam tak obahnya bagaikan kembang di taman, berwarna warni dan menghamburkan bau yang wangi.
Namun apakah Mush’ab menyesali perubahan taraf kehidupannya yang mewah menjadi serba kekurangan, tentunya tidak, justru Mush’ab bersyukur, karena kebahagiaannya kini bukan terletak pada dunia tetapi pada menjadi bagian dari Islam dan memperjuangkannya bersama Rasulullah ﷺ .
Maukah sahabat jadi bagian dari GYD (Generasi Yang Dermawan) untuk mensejahterakan anak-anak yatim dan dhuafa? Yuk tunaikan zakat, inaq-sedekah maupun wakaf di link kebaikan di bawah ini: