Perkara hati merupakan salah satu perkara yang ghaib bagi manusia, sebagaimana perkara ruhani maupun nafs. Hati (qalbu) merupakan bagian dari diri kita yang menjadi acuan terhadap setiap hal yang kita perbuat. Bila di hatinya terdapat kebaikan maka perbuatannya pun adalah sebuah kebaikan, begitu pula sebaliknya, jika di hatinya terdapat keburukan maka perbuatannya juga akan buruk. Maka di bulan Ramadhan waktu tepat untuk menata hati agar menjadi muslim yang lebih baik.
Dari Nu'man bin Basyir Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya di dalam jasad (badan) terdapat segumpal daging, jika ia bagus maka seluruh jasadnya bagus. Dan jika rusak maka seluruh jasadnya pun rusak. Ketahuilah Segumpal daging itu adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hati bagaikan seorang raja, ia adalah segumpal daging di dalam tubuh manusia, sedangkan anggota tubuh laksana prajurit yang hanya bisa menuruti perintah dari sang raja. Baik buruknya perintah yang dikerjakan oleh prajurit tentu merupakan perintah dari sang raja.
Hati yang sering ternodai dengan dosa dan maksiat, membuat isi perintah kepada prajuritnya senantiasa buruk dan negatif. Hati yang hitam pekat, akan memerintah prajurit dalam keadaan buta, karena tertutup dosa. Sebaliknya hati yang putih jernih, akan memerintah prajurit dalam keadaan baik dan terarah serta mengarahkan kepada kebaikan dan amal shalih.⠀ ⠀
Maka dari itu, hati seorang muslim itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Setiap amalan tubuh yang kita lakukan harus juga di iringi oleh amalan hati. Ibnu Taimiyah menjelaskan : “Amalan badan tidak akan diterima tanpa perantara amalan hati. Karena hati adalah raja, sedangkan anggota badan ibarat prajuritnya. Bila Sang Raja buruk, maka akan buruk pula seluruh prajuritnya. ” (Majmu’ Al Fatawa, 11/208).
Untuk menjadi seorang muslim yang baik, kita harus mengendalikan hati kita dan menjaganya agar tetap menjadi hati yang dipenuhi dengan kebaikan. Hati merupakan medan perang batin dalam diri seseorang, sebelum kita melakukan suatu perbuatan, hati kitalah yang memutuskannya terlebih dahulu. Pada hakikatnya setiap hati itu mencintai kebenaran, namun hati juga cenderung untuk mengikuti 2 hal yaitu ; akal dan hawa nafsu. Hati inilah yang diperebutkan oleh 2 hal tersebut. Inilah yang terjadi pada dinamika ruhani.
#Baca Juga : Inilah Beberapa Keutamaan Al-Qur'an dan Pembacanya
Keselamatan hati kita akan mengikuti salah satu dari 2 hal tersebut. Jika hati kita mengikuti akal kita maka selamatlah diri kita, namun jika hati kita mengikuti nafsu kita maka akan rusak hati dan jiwa kita. Maka kita harus menjaga hati kita dari hawa nafsu kita agar tidak rusak hati kita.
Amalan hati merupakan yang paling utama, ketika hati kita bersih maka tidak akan sedikitpun menggoyahkan keimanan kita. Amalan hati itu memiliki balasan yang lebih baik, dan begitu juga dosa yang dilakukan hati lebih bahaya. Karena dapat termasuk ke dosa syirik, yaitu hal yang sangat di benci oleh Allah.
Dalam salah satu hadits qudsi, Allah bersabda : “Aku paling tidak butuh pada sekutu. Barangsiapa mengerjakan suatu amalan dalam keadaan menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia bersam dengan sekutunya.” (HR Bukhari dan Muslim)Jadi kita harus menjaga hati dari sifat syirik agar selamat.
Sahabat dermawan, momen Ramadhan menjadi waktu tepat untuk menata hati, sebab semasa Ramadhan ia sudah terbiasa melakukan ketaatan dan meninggalkan keburukan, sehingga selepas Ramdhan, insyaa Allah hati tetap pada ketaatan, aamiin...