Kita sebagai umat muslim tentunya harus mempercayai adanya kehidupan setelah mati yang disebut kehidupan di akhirat. Kehidupan yang itulah yang menjadi tujuan bagi setiap orang yang beriman. Dunia yang kita jalani saat ini hanyalah sementara. Maka, orang-orang yang beriman pasti akan menjadikan kehidupan dunia ini sebagai sarana untuk menumpuk amal saleh yang akan menjadi bekal kehidupan kita di akhirat.Allah berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al-Hadid : 20).Kita tidak boleh untuk terlalu mencintai dunia, karena hal tersebut merupakan awal dari setiap kesalahan. Orang yang terlalu mencintai dunia akan menjadikan dunia sebagai tujuan akhirnya. Mereka akan melupakan tujuan dari penciptaan manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56). Mereka hanya bertujuan untuk menumpuk bersenang-senang dan menumpuk harta kekayaan. Padahal didalam harta kekayaan terdapat penyakit, karena pemiliknya akan sulit menyelamatkan diri dari sombong dan angkuh.Sifat terlalu mencintai dunialah yang memakmurkan neraka. Seseorang yang terlalu mencintai dunia hanya akan sadar ketika dia berada di kegelapan kubur. Bahwa semua harta yang telah dikumpulkannya sama sekali tidak memberikan manfaat baginya setelah dia mati. Abdullah bin Mas’ud berkata, “Bagi semua orang dunia adalah tamu, dan harta adalah pinjaman. Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan.”Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, tentang tiga golongan manusia yang pertama kali dimasukkan kedalam neraka, yaitu orang yang berperang, orang yang membaca Al-Qur’an, dan orang yang bersedekah. Mereka melakukan amalan tersebut untuk mendapatkan balasan dunia. Oleh karena itu, mencintai dunia bisa menghalangi seseorang dari pahala. Juga dapat merusak amal-amal yang telah kita kerjakan.Terlalu mencintai dunia akan menghalangi seseorang hamba dari aktifitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akhirat, dia akan sibuk dengan apa yang dicintainya. Ketika seseorang mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapannya, dia tidak lagi berharap kepada Allah lagi. Maka Allah akan menjadikan kekafiran didepan matanya dan akan mencerai-beraikan urusannya.
Terdapat dua hal yang harus kita yakini agar kita tidak terlalu mencintai dunia. pertama adalah memandang dunia sebagai sesuatu yang rendah, mudah, hilang dan hanya sementara. kedua adalah meyakini bahwa akhirat itu pasti ada dan kita pasti akan pergi kesana, kita akan meninggalkan dunia ini dan hanya membawa amal shalih yang kita lakukan di dunia. Oleh karena itu, kita harus bersifat zuhudAllah berfirman : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)Dengan berzuhud bukan berarti kita harus meninggalkan dunia. Karena dengan kekayaan kita juga bisa melakukan amal shalih. Oleh karena itu, kita harus menjadikan seluruh harta kita sebagai sarana untuk mendapatkan ridha Allah, dengan cara bersedekah. Bersedekah merupakan obat dari penyakit terlalu mencintai dunia.Sahabat, jangan sampai kita menjadi seseorang yang terlalu mencintai dunia. Mari kita perbanyak sedekah kita agar hati kita tidak menganggap kekayaan sebagai tujuan akhir kita. Dengan bersedekah kita dapat menghilangkan ketamakan terhadap dunia.