Sahabat dermawan, sesungguhnya marah itu bara api yang ada di dalam hati manusia. Marah memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena islam memerintahkan umatnya untuk menahan amarah, menahan amarah suatu perbuatan yang gampang di ucapkan tetapi sulit untuk kita lakukan, oleh karena itu hendaknya kita senantiasa bertaqwa kepada Allah subhanahu wa Ta’ala dengan senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk menahan amarah kita. Sebagaimana Nabi bersabda : ”Janganlah kamu marah!” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang sabda beliau “Janganlah kamu marah.” (HR.Bukhari).Dari amarah yang tidak dapat kita kendalikan biasanya akan muncul perilaku yang di haramkan oleh syariat Allah. Seperti mencela,menuduh orang dengan sesuatu yang tidak benar, melakukan perbuatan keji dan mungkar,mengucapkan kata-kata yang kurang baik. Sahabat dermawan kita harus ingat akan pesan Nabi :” Janganlah engkau marah,maka bagimu surga.”(HR. Thabrani)Cara mengendalikan emosiMarah itu datangnya dari setan, oleh sebab itu marah seringkali menghasilkan tindakan yang ceroboh, dan juga negatif. Maka sangat penting untuk mengendalikan emosi dalam diri kita agar tindakan yang kita lakukan tidak membuat kita menyesal. Beberapa cara mengendalikan emosi yang bisa kita lakukan adalah sebagai berikut :
Tetap berpikiran positif
Seringkali, ketika kita berada dalam kondisi yang tidak inginkan, atau tidak sesuai dengan harapan, diri kita ini terlahap oleh pikiran-pikiran negatif. Pikiran-pikiran negatif ini merupakan celah bagi setan untuk menghasut kita. Sehingga muncul emosi-emosi negatif dalam diri kita, yang dapat mengakibatkan tindakan yang salah. Berpikiran positif itu sangat penting, terlebih lagi berpikiran positif terhadap Allah.
Hindari pemicu amarah
Jika kita tahu bahwa diri kita ini akan marah dalam suatu situasi. Maka kita harus menghindari situasi yang dapat memicu amarah kita. Misal, jika kita merasa kesal ketika mobil terjebak macet. Maka hindarilah bepergian di jam-jam jalanan padat. Atau jika kita tahu sebua pembicaraan akan sampai pada suatu yang membuat kita marah, maka tinggalkan pembicaraan tersebut.
Mengucap ta’awudz
Untuk menahan emosi-emosi negatid dan bisikan-bisikan setan, disyariatkan juga untuk berdoa, yakni berlindung kepada Allah dari godaan setan terkutuk dengan membaca ta’awudz. "A’udzu Billahi Minasy Syaithanir Rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari syaithan terkutuk)". Hal ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu : “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf : 200).
Berikut beberapa cara menahan amarah, sesuai petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
pertama, membaca ta’awudz.rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu a’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).kedua, berwudhu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudhu.” (HR. Abu Dawud).
ketiga, mengubah posis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka berbaringlah.” (HR. Abu Dawud).keempat, diam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya?, maka barang siapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaknya ia menempalkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR.Tirmidzi).Sahabat menahan amarah itu memang bukan pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengumpamakan orang yang mengendalikan amarah adalah orang yang kuat. Sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, akan tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah." (Hadits dari Abu Hurairah dengan derajat Muttafaq 'alaih)