Apa Itu Muroqobah ?
Para Ulama menjelaskan tentang arti dari kata muroqobah. Muroqobah memiliki arti pengawasan, memperhatikan, dan menyaksikan. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, muroqobah merupakan sebagai pengetahuan seorang hamba secara terus menerus dan keyakinannya bahwa Allah mengetahui zhahir dan batinnya. Lalu Imam al-Ghazali mengartikan bahwa muroqobah artinya perhatian, penjagaan, atau pengawasan diri untuk selalu mengarahkan hati kepada Allah yang senantiasa mengawasi manusia.
Sahabat dermawan, seorang shalih bersenandung : "Apabila engkau menyendiri pada suatu hari, maka jangan engkau katakan aku menyendiri, tetapi katakan ada pengawas yang selalu mengintaiku"Jangan engkau mengira Allah lalai walaupun sesaat, dan jangan engkau mengira bahwa apa yang engkau sembunyikan luput dariNya, karena manusia selalu berada dalam pengawasan Allah. “Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 235)“Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab : 52) Keadaan seorang muslim harus selalu merasa dirinya diawasi oleh Allah, ia senantiasa merasakan diawasi disetiap saat dari kehidupannya, sehingga keyakinannya menjadi sempurna bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya dan memperhatikan amal-amalnya.Oleh karena itu, dirinya larut dalam pengawasan Allah, sehingga dia takut untuk berbuat maksiat. Setiap kali dia ingin berbuat dosa, dia ingat bahwa Allah mengawasinya. Dia sangat menyadari bahwa Allah selalu menatapnya hingga tidak ada yang terlewat. Maka dia akan mencoba untuk berbuat baik karena Allah. Itulah buah dari sikap muroqobah.Sifat Muroqobah sangat diperlukan untuk meraih tingkat tertinggi dari keimanan, yang disebut juga dengan ihsan. Dalam sebuah riwayat disebutkan : “…Seseorang bertanya pada Rasulullah, ‘Beritahukanlah kepadaku apa itu ihsan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ihsan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak (dapat) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu…’” (HR. Muslim).